Inget betul sudah hampir seminggu aku uring-uringan dengan yang namanya Asuransi Bumiputera. Polis sudah diserahkan kepada kantor cabangnya dari tanggal 21 Mei. Jatuh tempo dari polis tanggal 5 Juni tapi sejak tanggal 12 Juni, seminggu setelah jatuh tempo, AJB itu tak pernah menelpon updatenya. Bahkan mereka cuma bilang: "Sabar Bu.....sabar Bu...!"
Dalam kejengkelan itu saya ada persekutuan doa pada hri Jumat tanggal 19 Juni. Diadakan di suatu tempat di rumah Bu Betty. Bu Betty yang kami kenal sejak lama sekali. Kelihatan lebih segar dari beberapa bulan yang lalu sewaktu beliau jatuh sakit bersama dengan suami tercinta Pak WId di RS Swasta di Bintaro.
Keceriaan Bu Betty membuat hati kami senang sekali. Tetapi tak lama kemudian, bu Betty mengajak kami untuk masuk ke kamar Pak Wied. Terbaring dengan lemas, kaki dan tangannya sebelah kanan tak bisa menggapai, tak bisa digerakkan, kaku dan tegang. Kekakuan itu disebabkan oleh stroke ringan yang diderita beberapa bulan yang lalu. Beberapa penyakit seperti jantung, tak bisa tidur juga menyerang Bp Wied. Tentu, kami sebagai tim datang untuk mendoakannya, Bu Betty dan perawatnya.
Suatu keajaiban bahwa kekuataan dari Bu Betty yang tetap tegar dalam kegaluan dan kekerasan dan kemarahan dari Pak Wied yang sering datang tanpa ada alasan. Kami sebagai tim pelawat mengetahui bahwa penderita yang sakitnya cukup lama dan kronis, secara psikologis sering marah, menangis, berteriak tanpa alasan. Itulah bentuk dari kekecewaan mereka karena mereka merasa lama sekali tak sembuh dari penyakitnya.
Satu hal yang kami yakini, bahwa Keluarga Pak Wied dan Bu Betty masih menaruh harapan besar kepada Tuhan yang tetap menyertai mereka dalam berbagai kesulitan apa pun.
Dalam kesulitanku yang kecil, aku melihat ada orang lain yang lebih menderita dan mengalami kesulitan yang lebih besar daripadaku.
"In hard time, I give my small lgiht to those who need it".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar