23 April 2015

Repotnya Naik Transportasi Umum

Jakarta, kota Metroplitan, hampir setiap hari mulai pagi hari hingga malam hari, tak pernah lepas dari kemacetan.  Nach, untuk menghindari kemacetan, aku harus mencari cara lain untuk bisa sampai ke Seminar Nasional  "Selamatkan Blok Mahakam", tanggal 13 April 2015 di  Hotal Santika Jl.K.S. Tubun.

Beruntung sehari sebelum seminar, sudah bertanya kepada supirku , bagaimana caranya sambung naik taxi dari stasiun kereta api menuju ke Hotel Santika.  Dijelaskan harus mencari jalan arah ke Wananggala Bhakti.  Banyak taxi yang mangkal, dan langsung naik saja.

Pagi-pagi, jam 7 aku sudah siap berangkat dari rumah menuju stasiun.  Mendekati stasiun Pondok Ranji, angkotnya sudah tak sabar menunggu palang kereta yang ditutup.   Dia langsung tancap gas.  Namun, di depannya sudah ada polisi. Langsung dia berbelok arah.
Nach, aku melihat gelagat yang tidak beres, segera aku turun saja. Jalan kaki tidak begitu jauh menuju stasiun.

Selesai beli tiket, buru-buru aku menyiapkan diri untuk menunggu kereta yang datang.  Tut...tut..tut, kereta sudah datang.  Begitu datang, pintu kereta terbuka, mataku terbelalak, gerbong kereta penuh dengan lautan manusia. Manusia yang didalamnnya tidak seperti manusia lagi, seperti pindang...

Lebih baik aku tunggu kereta lain.  Kira-kira 5 menit kemudian kereta pun datang lagi.  Begitu melihat isi gerbong, aduh aku merasa kaget karena luar biasa penuhnya.  Pilihan tak ada lagi. Aku terpaksa masuk. Posisiku sudah paling ujung di depan pintu kereta. Tidak dapat bergerak sama sekali. Dijepit kanan,kiri,muka belakang. Tak bisa bernafas. Rasanya aku hampir pingsan, jika kereta ini tak juga sampai.

Ach, begitu sampai di Palmerah, aku ke luar didorong oleh ribuan orang yang dibelakangku. Beruntung aku tak jauh.
Transportasi umum memang tak nyaman sama sekali, transportasi sendiri macet sekali.
Mana yang harus dipilih???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...