26 April 2017

My First Salary

www.inatanaya.com


Mengenang hampir 40 tahun yang lalu memang sulit sekali membayangkan apa yang aku lakukan dengan gaji pertamaku. Bahkan, aku hampir tak mampu untuk mengenang atau mengingat kembali berapa gaji pertamaku setelah lulus. 

Sistem  di  "Secreatarial College of Tarakanita", setelah dua tahun pertama dilalui, di tahun yang ketiga, kami diperbolehkan untuk bekerja. Bekerja secara part timer atau paruh waktu. Tidak dapat penuh waktu karena sekolah dimulai pukul 17.00. Waktu dari pagi hari hingga pukul 13.00 , kami dapat bekerja dan setelah selesai bekerja harus langsung ke kampus untuk kuliah.

 Sebaiknya mencari pekerjaan part timer yang dekat dengan tempat kuliah supaya dapat terkejar waktunya. Sayangnya tidak semudah yang dibayangkan. Tidak semua perusahaan yang dekat kampus dapat menerima pekerja part timer.

 Saya pun bekerja di sebuah Ceylon Embassy atau Kedutaan SriLangka. Jam kerjanya cukup singkat dari jam 8.00 hingga jam 13.00 Saya dapat pulang ke rumah. Berbahagia saat mendapat pekerjaan pertama kalinya karena merasa mandiri secara finansial , tidak menyulitkan orangtua lagi untuk mengirimkan uang kuliah.

 Tapi saya juga tidak ingat lagi berapa gaji pertama kali saya saat itu. Sungguh ironis yach, karena memori saya yang terbatas. Ingatan atau memori itu hanya melihat bahwa pekerjaan yang saya lakukan sangat ringan karena hanya menunggu perintah dari staff senior saya. 

 Imbalan gaji sebagai part timer tentunya berbeda dengan yang full timer. Sangat kecil dan tidak mempunyai fasilitas apa pun. Apalagi dengan status bukan sebagai karyawan tetap, gaji jauh lebih kecil dibandingkan dengan gaji standar. Yang paling membanggakan saat menerima gaji pertama, itulah yang saya ingat.

 Meskipun kecil, serasa saya mampu untuk membiayai hidup sendiri. Dengan gaji kecil harus mencukupi kebutuhan sebagai anak kost. Ibu saya yang seorang janda tidak perlu lagi membayar kos untuk saya . 

Ibu hanya membiayai uang kuliah dan uang sakit jika diperlukan. Sayangnya, gaji pertama belum mampu membahagiakan ibu untuk memberikan sedikit keperluannya. Masih terasa berat untuk bisa mencukupi diri sendir dengan keterbatasannya. Hidup dengan irit mulai dari makanan, transportasi, baju. 

Perhitungan yang sangat teliti dibuat agar akhir bulan uang masuk tidak melebihi dari pengeluaran uang . Pelajaran mandiri dari gaji pertama itu menjadikan saya mandiri untuk kehidupan selanjutnya karena saya dapat merasakan betapa sulitnya mencari dan mendapatkan uang. 

Uang yang sulit dicari itu tentunya tidak serta merta dihamburkan karena memang tidak ada sisa uang. Kemampuan untuk mandiri itu jadi andalan bagi saya untuk melangkah untuk mencari pekerjaan yang lebih mapan dan permanen setelah saya lulus. Pelajaran dari gaji pertama itu mengajarkan agar saya menghargai uang yang sedikit itu dengan syukur. Setelah mendapatkan lebih pun, saya tetap bersyukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...